Narkoba berpengaruh pada bagian otak
yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan, yang disebut sistem limbus:
Hipotalamus – pusat kenikmatan pada otak – adalah bagian dari sistem limbus. Narkoba
menghasilkan perasaan ‘high’ dengan mengubah susunan biokimia molekul pada sel
otak yang disebut neuro-transmitter.
Dapat dikatakan bahwa otak bekerja dengan motto jika merasa enak, lakukanlah.
Otak dilengkapi alat untuk menguatkan rasa nikmat dan menghindarkan rasa sakit
atau tidak enak, guna membantu memenuhi kehidupan dasar manusia, seperti rasa
lapar, haus, rasa hangat, dan tidur. Mekanisme ini merupakan mekanisme
pertahanan diri. Jika lapar, otak menyampaikan pesan agar mencari makanan yang
dibutuhkan. Kita berupaya mencari makanan itu dan menempatkannya diatas
segala-galanya. Kita rela meninggalkan pekerjaan dan kegiatan lain, demi
memperoleh makanan itu.
Yang terjadi pada
adiksi adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat kenikmatan. Jika
mengonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan kita. Jika merasa nikmat, otak
mengeluarkanneurotransmitter yang menyampaikan pesan: “Zat ini
berguna bagi mekanisme pertahanan tubuh”. Jadi, ulangi pemakaiannya. “Jika
memakai narkoba lagi, kita kembali merasa nikmat seolah-olah kebutuhan kita
terpuaskan”. Otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang harus dicari sebagai
prioritas. Akibatnya, otak membuat program salah, seolah-olah kita memang
memerlukannya sebagai mekanisme pertahanan diri. Maka terjadilah kecanduan!
Terlepas dari dampak buruknya, memang diakui ada mitos yang diyakini oleh
pengguna narkoba bahwa narkoba sebagai pengubah suasana hati. Semua jenis
narkoba mengubah perasaan dan cara berpikir seseorang tergantung pada jenisnya.
1.
Perubahan pada suasana hati (menenangkan, rileks, gembira, dan
rasa bebas);
2.
Perubahan pada pikiran (stress hilang dan meningkatnya daya
khayal);
3.
Perubahan pada perilaku (meningkatkan keakraban, menghambat
nilai, dan lepas kendali).
Narkoba Hancurkan Kerja Otak
Bagi para pengguna narkotika, mungkin
tidak menyadari kalau akibat memakai narkoba akan menghancurkan kerja otaknya.
Pemakaian narkoba sangat mempengaruhi kerja otak yang berfungsi sebagai pusat
kendali tubuh dan mempengaruhi seluruh fungsi tubuh. Karena bekerja pada otak,
narkoba mengubah suasana perasaan, cara berpikir, kesadaran dan perilaku
pemakainya. Itulah sebabnya narkoba disebut zat psikoaktif.
Ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja otak. Ada yang menghambat kerja otak, disebut depresansia, sehingga kesadaran menurun dan timbul kantuk. Contoh golongan ini adalah opioida yang di masyarakat awam dikenal dengan candu, morfin, heroin dan petidin. Kemudian obat penenang atau obat tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK, Lexo, Rohyp, MG dan sebagainya, serta alkohol.
Ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja otak. Ada yang menghambat kerja otak, disebut depresansia, sehingga kesadaran menurun dan timbul kantuk. Contoh golongan ini adalah opioida yang di masyarakat awam dikenal dengan candu, morfin, heroin dan petidin. Kemudian obat penenang atau obat tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK, Lexo, Rohyp, MG dan sebagainya, serta alkohol.
Namun ada pula narkoba yang memacu kerja otak, disebutstimulansia, sehingga
timbul rasa segar dan semangat, percaya diri meningkat, hubungan dengan orang
lain menjadi akrab. Akan tetapi menyebabkan tidak bisa tidur, gelisah, jantung
berdebar lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Contohnya adalah amfetamin,
ekstasi, shabu, kokain, dan nikotin yang terdapat dalam tembakau. Ada pula
narkoba yang menyebabkan khayal, disebut halusinogenika. Contoh
LSD adalah Ganja yang menimbulkan berbagai pengaruh, seperti berubahnya
persepsi waktu dan ruang, serta meningkatnya daya khayal, sehingga ganja dapat
digolongkan sebagai halusinogenika.
Dalam sel otak terdapat bermacam-macam zat kimia yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada sambungan sel saraf yang satu dengan sel saraf lainnya (sinaps). Beberapa di antara neurotransmitter itu mirip dengan beberapa jenis narkoba. Semua zat psikoaktif (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku, perasaan dan pikiran seseorang melalui pengaruhnya terhadap salah satu atau beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter yang paling berperan dalam terjadinya ketergantungan adalah dopamin.
Bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan adalah sistem limbus. Hipotalamus adalah bagian dari sistem limbus, sebagai pusat kenikmatan. Jika narkoba masuk ke dalam tubuh, dengan cara ditelan, dihirup, atau disuntikkan, maka narkoba mengubah susunan biokimiawi neurotransmitter pada sistem limbus. Karena ada asupan narkoba dari luar, produksi dalam tubuh terhenti atau terganggu, sehingga ia akan selalu membutuhkan narkoba dari luar.
Yang terjadi pada ketergantungan adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat kenikmatan. Jika mengonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan orang itu. Jika merasa nyaman, otak mengeluarkan neurotransmitter dopamin dan akan memberikan kesan menyenangkan. Jika memakai narkoba lagi, orang kembali merasa nikmat seolah-olah kebutuhan batinnya terpuaskan. Otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang harus dicari sebagai prioritas sebab menyenangkan. Akibatnya, otak membuat program salah, seolah-olah orang itu memerlukannya sebagai kebutuhan pokok. Terjadi kecanduan atau ketergantungan.
Pada
ketergantungan, orang harus senantiasa memakai narkoba, jika tidak, timbul
gejala putus zat, jika pemakaiannya dihentikan atau jumlahnya dikurangi.
Gejalanya bergantung jenis narkoba yang digunakan. Gejala putus opioida
(heroin) mirip orang sakit flu berat, yaitu hidung berair, keluar air mata,
bulu badan berdiri, nyeri otot, mual, muntah, diare, dan sulit tidur.
Narkoba juga mengganggu fungsi organ-organ tubuh lain, seperti jantung, paru-paru, hati dan sistem reproduksi, sehingga dapat timbul berbagai penyakit. Contoh: opioida menyebabkan sembelit, gangguan menstruasi, dan impotensi. Jika memakai jarum suntik bergantian berisiko tertular virus hepatitis B/C (penyakit radang hati). Juga berisiko tertular HIV/AIDS yang menurunkan kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi, dan dapat menyebabkan kematian. Ganja menyebabkan hilangnya minat, daya ingat terganggu, gangguan jiwa, bingung, depresi, serta menurunnya kesuburan. Sedangkan kokain dapat menyebabkan tulang sekat hidung menipis atau berlubang, hilangnya memori, gangguan jiwa, kerja jantung meningkat, dan serangan jantung.
Jadi, perasaan nikmat, rasa nyaman, tenang atau rasa gembira yang dicari mula-mula oleh pemakai narkoba, harus dibayar sangat mahal oleh dampak buruknya. Seperti ketergantungan, kerusakan berbagai organ tubuh, berbagai macam penyakit, rusaknya hubungan dengan keluarga dan teman-teman, rongrongan bahkan kebangkrutan keuangan, rusaknya kehidupan moral, putus sekolah, pengangguran, serta hancurnya masa depan dirinya.
Rute Administrasi
Agar obat untuk memiliki efek pada seseorang, maka pertama yang
harus diambil ke dalam tubuh orang itu dan aliran darah sehingga kemudian dapat
berinteraksi dengan otak . Obat yang masuk ke dalam aliran darah lebih cepat
cenderung memiliki lebih cepat, efek lebih intens.
Bagaimana Anda mengambil obat memiliki banyak hubungannya dengan
seberapa cepat itu akan berpengaruh Anda, dan berapa lama dampaknya akan
berlangsung. Orang lebih langsung yang mampu mendapatkan obat pilihan mereka ke
dalam aliran darah mereka, lebih cepat dan lebih intens pengaruh obat
cenderung. Jadi, semua hal lain dianggap sama, intravena (IV) injeksi obat akan
menghasilkan terburu-buru lebih besar daripada dosis oral dari obat yang sama
karena obat IV administered segera tersedia ke otak, dan tidak harus diserap
atau diproses.
Selain rute administrasi, jumlah obat yang bisa masuk ke aliran
darah pada suatu waktu merupakan faktor penting juga. Minum alkohol pada waktu
perut kosong akan mengakibatkan alkohol memasuki aliran darah lebih cepat
daripada jika minuman yang sama telah dengan perut penuh. Isi perut bertindak
sebagai semacam spons atau buffer, membatasi jumlah alkohol yang dapat diserap
ke dalam aliran darah dan dikirim ke otak pada suatu waktu tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar